- 0 comments

CINTA DUNIA

JANGAN JATUH CINTA PADA DUNIA

Allah berkali-kali menegaskan di dalam Al-Quran bahwa dunia ini adalah kenikmatan yang bisa menipu. Siapa jatuh cinta pada dunia, ia akan tertipu olehnya. Oleh karena itu, pilihan terbaik adalah mengurangi, dan kalau bisa sama sekali tidak tergiur pada kenikmatan dunia. Bukan berarti Allah melarang kita bersenang-senang selama hidup di dunia, namun yang penting adalah bagaimana kita tidak tertipu oleh kenikmatan semu dan sementara. Ingat, hidup ini fana, dan segala yang ada dan tercipta didunia ini pun fana adanya.

Barangkali penting bagi kita mengenal ciri-ciri orang yang jatuh cinta berlebihan pada dunia. Diantara ciri-cirinya adalah:
Kalau ngomong pasti masalah dunia melulu. Tidak ada tema omongan selain harta, jabatan, hiburan, dan aneka kesenangan lainnya, mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Pendek kata, otak dan benaknya hanya terisi dengan dunia, yang lain tidak ada. Ia tidak pernah berpikir bagaimana nanti kalau sudah mati, apa yang mesti ia bawa menghadap Allah yang Maha Segala. Orang demikian pasti akan disiksa oleh keinginannya. Ia selalu sibuk memikirkan yang tidak ada. Sudah punya mobil tahun 2002, ia sibuk berpikir bagaimana bisa memiliki mobil tahun 2004. Sudah punya rumah tipe 36 yang dipikirkan adalah rumah tipe 70. Demikian seterusnya.
Tidak bisa menikmati hari-hari yang dilewatinya. Karena kesibukannya yang luar biasa, ia pun tidak pernah merasakan nikmatnya. Seorang yang sudah terlanjur cinta pada dunia pasti pikirannya sumpek, banyak yang difikir, sukar tidur, jarang istirahat, dan akhirnya gampang sakit.

Sangat takut menjalani hidup. Seorang yang cinta dunia ibarat orang yang cinta kepada kekasihnya; ia takut kehilangan kekasihnya, ia takut kekasihnya direbut orang. Sama halnya dengan seorang yang cinta pada dunia. Hidupnya selalu takut dan dibayang-bayangi oleh kegelisahan. Punya uang takut habis, punya mobil takut dirampok, punya emas takut dicuri. Begitu seterusnya. Hidupnya selalu takut. Punya jabatan takut. Takut apa? Takut “jatuh” ke tangan orang lain.

Tentu saja masih banyak ciri-ciri orang yang cinta dunia, namun setidaknya dari 3 ciri diatas kita bisa melihat dan menilai bahwa orang-orang yang cinta pada dunia pasti tidak akan bahagia hidupnya. Ia juga tak mungkin bisa hidup nyaman dan tenang menjalani hari-harinya. Padahal, hidup yang bersifat sementara ini sejatinya hanya untuk meraih bahagia, tentu saja tidak hanya di dunia, tapi juga diakhirat.

Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa hidup tenang dan bahagia? Mungkin kita perlu belajar dari “filosofi” tukang parkir. Cobalah amati dan perhatikan tukang parkir yang ada disekitar Anda. Meski ia “memiliki” banyak mobil di depannya, dia tidak pernah sombong. Walaupun gonta-ganti mobil, dia tidak takabur. Bahkan, mobil-mobilnya diambil sampai habis pun, dia tidak merasa sakit hati. Apa sebabnya? Sebab, semua yang dia “miliki” itu hanya titipan belaka. Demikianlah gambaran tentang semua harta dan apa yang kita raih dan miliki selama hidup di dunia. Semuanya hanyalah titipan Allah yang Maha Kuasa. Kita tak pernah “memiliki” apa-apa; kita hanya diberi kesempatan untuk menjaga dan mendayagunakannya dengan sebaik-baiknya.

Kalau demikian adanya, mengapa kita mesti stress dan resah menjalani hidup? Penyebabnya, karena kita masih merasa memiliki apa yang ada ditangan kita. Padahala semua itu milik Allah semata. Bahkan, diri kita ini pun milik Allah, dan kelak akan kembali kepada-Nya. Hidup di dunia ini Cuma mampir minum saja. Tidak lebih! Oleh sebab itu, siapapun yang kaya, menjadi pejabat atau penguasa, janganlah petantang-petenteng dengan menaruh tangan dipinggang. Ingat, dunia hanya sementara, tak akan lama jadi orang kaya. Siapapun pasti akan mati juga!
Sikap yang terbaik adalah jangan panik melihat dunia! Semua yang ada didalamnya hanya milik Allah semata. Allah suka orang yang tawadhu, rendah hati, tidak sombong, tidak petantang petenteng. Oleh sebab itu, penulis menghimbau kepada para pejabat agar bersikap biasa-biasa saja, jangan sombong atau merasa lebih tinggi karena yang membuat kalian mulia bukanlah harta kalian, bukan pangkat dan uang kalian, melainkan hati kalian sendiri. Dan, kerendahan hati adalah kunci sukses seorang pejabat atau penguasa yang ingin dihormati oleh bawahannya atau masyarakatnya.
Kepada saudara-saudaraku yang kebetulan hidup serba kekurangan dan tak berpunya, seyogianya tak perlu merasa rendah diri dan malu. Meski punya uang sedikit, tidak perlu malu dan minder kepada orang yang punya uang banyak. Meski Anda sekarang hanya punya sepeda, tidak usah malu kepada mereka yang memiliki motor dan mobil. Semua urusan di dunia ini sudah diatur oleh Allah yang Maha segala.

Mungkin juga perlu difikirkan tentang apa-apa yang selama ini kita inginkan: Apakah sudah sesuai dengan kemampuan kita atau belum. Jangan suka bermimpi yang bukan-bukan, yang nantinya membikin hidup kita berantakan! Kita harus tahu kemampuan diri kita masing-masing. Bercerminlah! Kalau Anda ingin sekali memiliki sepeda motor, padahal Anda sendiri menganggur, tidak bekerja, main gitar-gitaran di gardu, misalnya, mana mungkin sepeda motor akan dating di hadapan Anda?
Mari kita simak firman Allah dalam Al-Quran: “Allah tidak akan merubah nasib atau keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang merubahnya.” Artinya, segala yang ada didunia ini tidak mungkin datang dengan sendirinya, semua melalui proses yang beraneka ragam, didasari doa, usaha, dan kesabaran. Kalau segala usaha sudah dicoba dan pengorbanan harta benda juga sudah dilakukan, janganlah putus harapan kalau kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan. Yakinlah! Allah bersama orang-orang yang bertawakal dan tidak mudah berputus asa.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah kalau usaha yang kita jalani gagal, jangan kita lari ke dukun dan memohon pertolongan kepadanya. Sebab, perdukunan adalah tindakan syirik yang diharamkan oleh Allah. Memang, semakin lama semakin banyak tukang ramal dan dukun yang berkedok tabib atau kiai. Juga, banyak paranormal dan “orang pintar” yang mendirikan semacam balai “Pengobatan Alternatif”. Kita mesti waspada terhadap cara-cara yang mereka gunakan; kalau sudah bertentangan dengan syariat Islam dan mengarah pada kemusyrikan, kita berkewajiban untuk menolak.

Seperti yang bisa kita saksikan akhir-akhir ini, banyak sekali stasiun televisi yang tidak menghiraukan efek negatif dari siarannya yang bisa merusak akidah atau keyakinan umat Islam. Alhasil, ternyata mereka menggunakan cara-cara syirik, yakni dengan jalan melakukan praktik sihir dan perdukunan. Padahal, kita semua tahu bahwa cara-cara seperti itu datangnya dari setan. Kita semua pasti tahu bahwa setan itu senantiasa menghiasi syirik, bid’ah, dan maksiat agar kelihatan baik sehingga ia bisa memperdaya siapa saja manusia yang bodoh dan tak tahu hukum Islam.
Selaku muslim, kita harus berhati-hati agar tidak terkecoh dengan penampilan seseorang sekalipun ia memakai jubah, membawa tasbih, dan bersorban, bahkan memakai ayat-ayat Al-Quran sebagai tipu dayanya. Kita juga harus berhati-hati kepada siapa saja yang menerapkan cara-cara syirik dan kekafiran seperti memakai sesaji, meruwat, dan bentuk-bentuk kesyirikan lainnya. Cara semacam ini memang masih digunakan sebagian orang untuk mengelabuhi orang lain yang bodoh tentang hokum agama (Islam).

Dengan memohon pertolongan Allah, penulis hendak menyampaikan kepada saudara-saudaraku sekalian bahwa berobat itu hukumnya boleh (mubah) dengan mendatangi dokter yang memahami penyakit sekaligus mengetahui obat yang harus diberikan kepada pasiennya selama obat tadi tidak bertentangan dengan syariat yang telah diturunkan oleh Dzat yang menciptakan penyakit, yakni Allah. Ikhtiar yang demikian ini tentu tidak bertentangan dengan sikap tawakal kita kepada Allah karena Allah yang telah menciptakan penyakit dan Allah juga yang menurunkan obatnya, baik obat yang sudah diketahui atau yang belum diketahui. Dan, yang pasti, Allah tidak menjadikan obat penyembuh suatu penyakit dari sesuatu yang diharamkan. Oleh karena itu, tidaklah dibenarkan bagi orang yang sakit berobat kepada dukun, baik yang berkedok sebagai tabib, kiai, paranormal, atau “orang pintar” yang mengaku mengetahui hal-hal gaib.
Seseorang yang mengklaim mengetahui perkara gaib didalam Islam dinamakan sebagai Thaghut yang harus dipenggal kepalanya, baik secara terang-terangan dan dihadapan khalayak ataupun secara sembunyi. Mengapa demikian? Sebab, dia telah melampaui wewenang Allah. Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan memercayai omongan dia sedikitpun karena omongannya hanyalah dusta yang ditiupkan setan.
Rasulullah SAW mengancam orang-orang yang senang mendatangi dukun-dukun dengan sabdanya: “Siapa mendatangi tukang ramal dan menanyakan sesuatu kepadanya, shalatnya selama 40 hari tidak diterima oleh Allah” (HR. Muslim). Dalam hadits lain Rasul juga mengancam bahwa seseorang yang mendatangi dukun berarti kafir. Hal ini bisa kita baca dari sebuah hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Siapa mendatangi dukun (kahin) dan tukang ramal, lalu membenarkan ucapannya, berarti ia telah kafir” (HR. 4 Imam Sunan dan disahihkan oleh Imam Al-Hakim).

Oleh karena itu, kepada para penguasa dan orang-orang yang mempunyai pengaruh atau jabatan tertentu di sebuah masyarakat, mereka wajib mencegah segala praktik tukang ramal, perdukunan dan sejenisnya yang dilakukan di pasar-pasar, di rumah-rumah, atau di mana saja, dan melarang orang-orang mendatanginya. Mereka juga harus melarang penayangan acara-acara syirik dan kufur di media elektronik (televisi, internet, radio) seperti program alam ghaib, dan di media cetak (Koran, majalah, tabloid). Jangan sekali-kali ada pihak atau agen yang menjual tabloid semacam itu. Siapa yang menonton tayangan demikian dan atau menyebarkan informasi seperti itu, berarti dia telah melakukan dosa dan memercayai adalah kafir. Mengapa? Sebab, secara perlahan, acara semacam itu akan menggerogoti keyakinan yang telah lurus, baik disadari maupun tidak, dan banyak sudah yang merasakan akibatnya. Tidak sadarkah kita?
Mengakhiri bab ini, penulis ingin menghimbau kepada pembaca, siapa pun Anda, hendaknya terus menerus belajar Islam dengan metode yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad, sehingga kita dapat mengetahui mana ajaran tauhid, mana syirik, mana sunnah, mana bid’ah, mana iman, mana kufur, mana taat dan mana maksiat.

Dengan demikian, insya Allah kita akan selamat didalam menjalani kehidupan yang sangat singkat ini. Sungguh, akhirat adalah sebaik-baik tempat kembali. Semoga Allah menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Amin!

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih untuk tidak memberikan Komentar yang bersifat SARA & Profokatif dan kami tidak bertanggung jawab atas komentar pengunjung